FAUZAN AL-ANSHORI MURID BERPRESTASI DARI MIN 2 KOTA TASIKMALAYA

Share:



Fauzan, itu panggilan namanya. Dengan nama lengkap Fauzan Al-Anshori. Lahir pada tanggal 14 Oktober 2005. Fauzan adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Ia putra dari pasangan bapak Tatang dan Ibu Onah Nurjanah guru Honorer di MIN 2 Kota Tasikmalaya. Fauzan tinggal di Kampung Pasirjaya RT 03 RW 05 Kelurahan Sukajaya Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Kakak perempuannya bernama Mia Helmiyyati sekarang sudah lulus dari Perguruan Tinggi STIU AL-HIKMAH Jakarta dan selanjutnya mengabdikan diriYayasan DQM Gunung Sindur, Bogor. Adiknya bernama Wafi ‘Ahdan Rahmat duduk di kelas 2 MIN 2 Kota Tasikmalaya. Fauzan memperoleh pendidikan Tingkat Dasar di MIN Cipeusar (sekarang MIN 2 Kota Tasikmalaya). Ia juga belajar di Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA ) Al-Ikhlas Pasirjaya. Ia lahir di keluarga yang cukup religius. Kakak ibunya yang bernama K.H Aep Saepulloh Al-Hafidz adalah pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Khoir Pasirjaya dan Kepala Madrasah DTA Al-Ikhlas, di mana Fauzan menuntut ilmu agama. Jadi bisa dikatakan ia belajar ilmu agama dari orang tuanya.

Fauzan anak yang cukup pemberani, disiplin, rajin dan keras kemauan. Sejak kecil ia sudah di didik kedisiplinan oleh orang tuanya terutama urusan ibadah. Setiap hari selalu dikontrol solat lima waktunya dan  mengaji Al-Qur’annya. Dalam kelurga tersebut sudah terbiasa solat berjama’ah dan membaca al-Qur’an selepas solat lima waktu. Sejak usia 3 tahun, Fauzan sudah belajar mengaji Iqra, sehingga ketika masuk ke RA Mu’min Ma’shum sudah mulai bisa membaca Al-Qur’an dan waktu masuk ke MIN Cipeusar sudah lancar membaca al-Qur’an.  

Aktivitasnya setiap hari adalah bangun pagi, solat subuh berjama’ah, pergi ke madrasah untuk mengaji di Uwanya sampai pukul 05.30. pulang mengaji terus mandi, sarapan dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah diantar oleh orang tuanya, karena jarak dari rumah ke sekolahnya cukup jauh. Dari pukul 07.00 sampai duhur (12.30) ia belajar di MIN 2 Kota Tasikmalaya.pulang ke rumah, solat dan istirahat sebentar. Kira-kira pukul setengah dua pergi lagi belajar di DTA Al-Ikhlas sampai waktu Ashar. Sepulang dari DTA mengaji lagi kira-kira 1 jam, istirahat lagi sampai waktu magrib. Tiba waktu magrib pergi ke masjid solat berjamaah dilanjut mengaji lagi di Madrasah sampai pukul 07.30 dan pulang ke rumah setelah solat Isya berjama’ah. Nonton TV sebentar, membaca pelajaran dan menyiapkan peralatan sekolah untuk besok dan tidur pada pukul 09.30 malam. Begitu setiap hari dia lakukan. Di sela-sela kesibukannya belajar dia juga masih sempat membantu saudara perempuan ibunya untuk berjualan. Dia tidak malu menenteng termos es dan baki gorengan ke sekolah DTA. Dia lakukan dari kelas 2 s/d 5. Kelas 6 berhenti berjualan karena alasan mau menghadapi ujian. Walaupun sambil berjualan tidak mengganggu aktivitas belajarnya. Terbukti dia selalu mendapat peringkat ke-1 dari mulai kelas 1 sampai lulus kelas 6 DTA.

Di pengajian, Fauzan belajar Tahsin dan Tahfidz Al-Quran 3 kali dalam seminggu, yaitu hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Dia  dibimbing oleh Ustadzah Nurhanipah yang ditugaskan pimpinan pesantren untuk mengelola bidang Tahfidz dan Tahsin Al-Qur’an. Selain hari-hari itu pengajian diisi  dengan sorogan atau bandungan Al-Qur’an dan Kitab Kuning. Selain itu di pesantren Miftahul Khoir juga di ajarkan praktek ibadah dan seni baca Al-Qur’an. Sehingga sedikit-sedikit Fauzan bisa melantunkan A-Qur’an dengan nada mujawwaz. Namun yang menjadi program unggulan di pesantren tersebut adalah Tahfidz Al-Qur’an dan seni Murottal. Semua program yang ada dipesantren diikuti oleh Fauzan dengan penuh semangat. Alhamdulillah berkat ketekunannya ketika menginjak kelas 6 dia sudah menghafal Al-Qur’an  Juz 30 dan Juz 29.

Pendidikan formalnya Fauzan sekolah di MIN 2 Kota Tasikmalaya, beralamat di Kp. Cipeusar Kelurahan Sukajaya Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Dia diterima sebagai peserta didik baru di kelas  I pada bulan Juli tahun 2011, dalam usia 5,8 tahun. Hari demi hari terus ia lewati belajar di Madrasah tersebut dengan penuh semangat. Dari kelas 1 sampai kelas 3 dia belum memperoleh peringkat ke-1 di kelasnya. Hanya saja dia kadang mendapat peringkat ke-5, ke-4, ke-3 dan ke-2. Tetapi itu tidak membuatnya patah semangat, karena tujuan dia belajar bukan mengejar rangking tetapi ingin bisa dan memahami pelajaran. Alhamdulillah Fauzan memiliki guru-guru yang baik, sabar dan penuh perhatian terhadap murid-muridnya. Mereka senantiasa memotivasi anak didiknya untuk terus belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh. Alhamdulillah ketika naik ke kelas 5, dia mendapat peringkat ke-1 di kelasnya sampai lulus kelas 6.

 Setiap hari di sekolah ada pembiasaan hafalan Juz 30. Kegiatan hafalan tersebut dilaksanakan  sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Dari kelas 1 sampai kelas 6 diberikan target hafalan sesuai kemampuannya. Target akhirnya setelah lulus kelas 6 diharapkan siswa sudah hafal Juz 30. Dengan adanya kegiatan tersebut hafalan yang sudah dimiliki oleh Fauzan dapat dimuroja’ah bersama-sama dengan temannya. Dalam setiap kegiatan Fauzan selalu berani tampil ke depan untuk melantunkan bacaan Al-Qur’an.

Pada tahun 2015 diselenggarakan perlombaan AKSIOMA dan KSM tingkat Kota. Waktu itu Fauzan duduk di kelas 4 semester 2. Kemudian diadakanlah seleksi di antara para siswa MIN 2 untuk memilih siapa yang akan menjadi utusan dalam kegiatan lomba tersebut. Bapak Kepala Madrasah yaitu Bapak  Z. Akh. Syis, S.Ag,.  merekomendasikan Fauzan untuk mengikuti lomba MTQ pada kegiatan AKSIOMA. Fauzan berlatih setiap hari atau ketika ada kesempatan senggang. Tibalah hari pelaksanaan lomba. Fauzan tampil dengan percaya diri. Pada kegiatan tersebut, alhamdulillah Fauzan mendapat Juara ke-3 MTQ Putra Tingkat Kota Tasikmalaya

Kemudian pada tahun 2016 ada kegiatan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) MIPA dan PAI. Bapak Kepala Madrasah mengadakan seleksi untuk peserta yang akan ikut dalam ajang kompetisi tersebut. Akhirnya beliau  merekomendasikan Fauzan Kembali untuk mengikuti KSM bidang PAI. Setelah terpilih sebagai calon peserta KSM, Fauzan terus berlatih dibimbing oleh guru-guru yang berkompeten di bidangnya. Selain berlatih di sekolah dia juga dibimbing terus oleh ibunya di rumah.Tiba saatnya Fauzan mengikuti lomba, dia bisa melewati babak penyisihan, babak semifinal, dan sampai babak final. Alhamdulillah, akhirnya Fauzan keluar sebagai Juara ke-1 lomba KSM bidang PAI tingkat Kota Tasikmalaya tahun 2016. Selanjutnya dapat mengikuti lomba KSM  PAI Tingkat Provinsi di Kota Bandung.

Di Sekolah DTA pun Fauzan selalu ditugaskan untuk menjadi peserta Tahfizd pada kegiatan PORSADIN dan dapat memperoleh kejuaraan. Apabila ada kegiatan lomba-lomba di masyarakat,seperti lomba Adzan, lomba Pidato, LCC, Tahfidz dan MTQ Fauzan juga selalu mengikutinya. Sehingga ada beberapa buah piala dan piagam penghargaan di rumahnya. Dia memang anak yang berkemauan keras dalam melakukan suatu tugas dan perbuatan. Kalau belum berhasil tidak akan berhenti berusaha. Tetapi orang tuanya selalu mengingatkannya agar dalam melakukan suatu perbuatan hendaknya didasari dengan niat ikhlas dan ibadah karena Allah. Supaya ketika dia tidak berhasil memperoleh apa yang jadi tujuannya tidak merasa kecewa. Fauzan pun mengerti, bahwa ketika melakukan perbuatan karena Allah itu akan menjadi ketenangan dan melakukan perbuatan karena ingin penilaian dari manusia saja maka akan kecewa. Dia selalu ingat pesan dari orang tuanya agar dalam melakukan suatu perbuatan itu harus dengan sungguh-sungguh dan dibarengi dengan hati yang tulus. Sekarang Fauzan sudah lulus dari MIN 2 kota Tasikmalaya dengan predikat yang memuaskan dan memperoleh nilai ujian paling tinggi di madrasahnya.

Setelah lulus dari MIN 2 Kota Tasikmalaya, Fauzan melanjutkan pendidikannya ke Ma’had Al-Kautsar Banjar yang dipimpin oleh KH. Umung Anwar Sanusi, LC. Fauzan bersikeras masuk ke lembaga pendidikan tersebut karena di tempat tersebut memiliki Program unggulan Tahfidz Al-Qur’an dan Tarbiyah. Ketika ditanya tentang cita-citanya, dia mengatakan ingin menjadi seorang ustadz dan seorang Hafidz Qur’an. Jadi dengan masuk ke lembaga tersebut, dia berharap bisa menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 Juz seperti. Dia termotivasi melihat uwanya dan saudara-saudara sepupunya (putra-putri KH. Aep) yang sudah menamatkan hafalannya. Alhamdulillah di pesantren inipun, Fauzan tetap semangat belajar. Dia mendapat poin terbanyak dalam kartu terpuji santri dan mendapat peringkat terbaik di kelasnya. Ketika ada ajang MTQ tingkat Kecamatan dia juga menjadi utusan Desa Jajawar untuk menjadi peserta Tahfidz Al-Qur’an. Selain itu, dia juga menjadi perwakilan AKSIOMA MTs cabang Pidato Bahasa Arab dan bisa lolos ke Tingkat Provinsi. Hari demi hari Fauzan lewati di Ma'had Al-Kautsar dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Berkat ketekunannya tersebut, akhirnya dia dapat menyelesaikan hafalan Al-Qur'annya 30 Juz di kelas IX MTs.  Pada momen pelepasan santri, Fauzan meraih dua penghargaan sekaligus, yaitu sebagai Santri Berprestasi Bidang Akademik dan Santri Berprestasi Bidang Tahfidz Al-Qur'an (Hafidz Al-Qur'an). Setelah lulus dari MTs, dia melanjutkan pendidikannya di MA Al-Kautsar Banjar masih di lembaga yang sama. Alasan melanjutkan di sana agar tetap bisa muroja'ah hafalannya. Sekarang Fauzan sudah duduk di kelas XI (sebelas) IPA. Dia bercita-cita bisa melanjutkan belajarnya di Perguruan Tinggi Madinah.

Inilah sekelumit tentang kisah Fauzan Al-Anshori murid berprestasi dari MIN 2 Kota Tasikmalaya. Jadi untuk memperoleh keberhasilan itu harus memiliki keinginan yang kuat, tekun, sungguh-sungguh dan sabar. Selain itu juga harus didukung dengan sinergitas tiga lingkungan pendidikan yaitu , pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat dan pendidikan keluarga ( pendidikan formal, non formal dan informal). Di sekolah, para pendidik harus bertanggung jawab terhadap tugasnya untuk membimbing anak didiknya dengan baik. Orang tua di rumah tetap harus memperhatikan anak-anaknya. Jangan sampai beralasan anak sudah disekolahkan, lalu mengabaikan tugas orang tua dalam mendidik putra-putrinya. Begitu pula lingkungan masyarakat juga harus kondusif dalam mendukung program pendidikan. Tidak perlu dipermasalahkan dia sekolah di mana atau anak siapa. Karena kunci keberhasilan seseorang itu tergantung kepada diri sendiri dan kedekatannya kepada Ilahi. Walaupun bersekolah di lembaga yang hebat sekalipun serta didukung fasilitas yang lengkap kalau anaknya tidak ada kemauan maka tidak akan berhasil. Tetapi kalau anak yang memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil tentu akan berhasil. Keterbatasan sarana  tidak boleh menjadi alasan untuk sebuah kemalasan. Ini salah satu contohnya, anak yang belajar di Madrasah pun bisa berprestasi seperti yang belajar di Sekolah-sekolah lain. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi untuk semuanya.




Comments
0 Comments

No comments